Brukk!!
Tanpa sadar seseorang gadis
bertubuh mungil menabrak tubuh Arnan yang cukup kekar dan kokoh. tubuhnya yang
mungil sedikit terhempas dan segala barang
yang dibawanya berhamburan.
“Maaf ya, aku ga sengaja aku lagi
terburu-buru nich.” Ucapnya sambil dengan cepat membereskan barang bawaannya
yang berhamburan dan secara spontan Arnan pun membantunya.“Maaf ya sekali lagi,
terima kasih ya. Sampai jumpa nanti.” ucapnya begitu manis sambil
menyunggingkan senyuman.
Gadis itu sangat meyakini bahwa
mereka akan bertemu lagi. Gadis itu melanjutkan perjalanannya. Tanpa pikir
panjang, Arnan langsung melanjutkan
keliling kampus. Namun saat injakan
pertama Arnan merasakan ada sesuatu yang sepertinya terinjak oleh kakinya,
ternyata sebuah pulpen dengan inisial L.
Dia merasa yakini bawha pulpen ini milik gadis berkerudung abu yang tadi
menabraknya.
“Hey, tunggu!” serunya pada gadis
itu yang jaraknya sudah sedikit menjauh.
Gadis itu membalikan tubuh, “Ups,
maaf ya aku terburu-buru.”ucapnya berlalu begitu cepat sambil menyunggingkan
senyuman kembali.
“Kalo mank beruntung kita mank bakalan ketemu lagi tapi kalo enggak
pulpen ini kan jadi milik gue.” Itulah yang tersirat dalam benaknya ketika
memandangi pulpen keemasan dengan inisial huruf L
dengan warna coklat. Dia simpan pulpen itu dalam saku kemejanya, dia yakin
bawha cewe itu merupakan salah satu calon mahasiswa baru di Perguruan Tinggi
ini dan kemungkinan besar gadis itu mengambil fakultas yang sama dengannya.
Sebulan kemudian pengumuman
seleksi Perguruan Tinggi yang Arnan ikuti diumumkan hasilnya. Yaps, dalam
daftar lulus tertera jelas nama ARNANDI BATARA YUDHA JURUSAN SENI MUSIK. Rasa
senang begitu menghinggap diri Arnan, dia masuk sesuai jurusan yang dia
inginkan.
‘Dan apakah L masuk juga ke perguruan
tinggi ini?” pikirnya ketika melihat hasil seleksi di internet.
3 minggu kemudian, acara tahunan
digelar. OSPEK!! Disini ada dua ospek yang harus mahasiswa baru hadapi, pertama
OSPEK FAKULTAS yang diadakan kali ini selama 4 hari dan OSPEK JURUSAN yang
belum pasti tanggal pengadaannya. Satu yang pasti dalam hal ini mahasiswa baru
harus memiliki mental baja. Walaupun ospek jaman sekarang udah ga melakukan
lagi hal-hal perpelocohan tapi selalu masih ada unsur pengekangan bahkan
tindakan kekerasan walaupun tak terlalu berat.
Hari pertama ospek, Arnan mencari
gadis yang waktu itu dia temui di ribuan barisan mahasiswa baru. Namun Arnan
tak menemukannya. Sedangkan dihadapannya komisis Acara sedang mengumumkan
kepanitiaannya. MABA lain sibuk mencatat nama-nama panitia sedangkan Arnan
sibuk mencari gadis yang selalu diasebut
L.
“Itu dia, cewe yang gue cari!”
seru Arnan dengan suara yang stereo sambil bangun dari duduknya. Dan ketika itu
pula semua mata menuju kearahnya. “Ops, sorry!” ucapnya dingin dengan ekspresi
WATADOS (Wajah Tanpa Dosa). Arnan langsung duduk kembali.
Dalam seketika, Arnan menjadi
pusat perhatian baik MABA ataupun panitia Ospek langsung membicarakannya. Namun
Arnan tetap memasang wajah tenang, seakan semua hal lumrah terjadi.
“hey, siapa tuch senior kita yang berkerudung
putih?” tanya Arnan pada Nizam yang baru tadi pagi Arnan kenal.
“S’muanya juga pake krudung putih
kali. Ach lo hari pertama aja udah bikin masalah.”ucap Nizam.
Arnan tak menghiraukan ucapan
cowo yang bertampang alim yang duduk disebelahnya. Arnan langsung merebut
sebuah buku milik seorang cewe yang duduk disisi kirinya.
“Gue pinjem dulu ya! Bentar kok.”
Ucap Arnan sembari melihat dan mencari nama-nma panitia ospek cewe yang
berinisial L. “Ini dia”, ucap Arnan dihati. “Tapi ada 2 nama yang huruf awalnya L.Tapi ini bakal mudah
keduanya masuk ke komdis LINTANG DAN LUNA.
Pasti ada disalah satu antara mereka. Gak kan salah lagi.”
Untuk ospek pertama, tak
berlanngsung lama. Usai sidang senat, sekaligus pembukaan acara ospek ini,
acara dibubarkan. Namun Arnan belum menemukan secara jelas gadis pemilik pulpen
itu.
Hari kedua ospek,
Di hari kedua ospek ini Arnan
datang terlambat. Sehingga mengharuskan dia berhadapan langsung dengan ketua
KOMDIS. Yaps, walaupun sebenarnya acara terlambat ini emang akal-akalannya juga
agar bisa menemui salah satu panitia berinisial L
yang merupakan targetnya dari awal. Dan tepat dengan dugaannya, dia diharuskan
menghadap ketua KOMDIS, LUNA.
“Heh, napa lo bisa dateng
terlambat?” Ucap Luna dan ternyata bukan orang yang dicarinya.
“Gue bangun kesiangan, terus apa
urusan Lo?” Jawab Arnan sedikit songong.
“Heh, jangan songong! Jaga cara
bicara Lo, lo tau lo ini lagi berhadapan dengan siapa?”
“Ups, gue lupa! Gue lagi bicara
sama Ketua KOMDIS yang berperan antagonis dalam acara ini. Gue lupa shooting
udah dimulai dan harusnya gue berperan jadi orang yang teraniaya ya?” Arnan
sedikit bercanda walaupun dalam perkataannya ada sebuah tentangan akan acara
ospek ini.
“Siapa Nama Lo?” ucap Luna
penasaran dengan juniornya yang penentang ini
“Arnandi.”
“Okey kalo gitu.” Luna menulis
sebuah kalimat pada dua buah kartu kuning. “Sini Lo mendekat, gue mau pasangin
2 kartu kuning di pakaianmu. Yang pertama karna lo dateng terlambat. Yang kedua
karna lo ga merapikan rambut lo.”
“Kalo dateng terlambat gue
terima, itu kesalahan gue. Tapi kalo rambut, ini stayle gue donk, kita semua
disini anak seni jadi bebas buat ekspresikan diri donk.” Ucap Arnan tak terima
atas hal yang menurutnya bukan sebuah kesalahan tapi sebuah kebebasan.
“LO INI?” Luna terpancing emosi.
“Udahlah Lun, cepet tempel aja.
Sekarang udah waktunya kumpul dilapangan.” Ucap Opik yang serdari tadi berada
dibelakang Luna dan menahan tawa melihat tinggkah Arnan yang menentang Luna.
“Ya sudah sekarang Lo masuk
barisan sana!” titah Luna pada Arnan. Arnan pergi dengan dinginnya. “Heh,
Berlaku yang SOPAN!” ucap Luna menghentikan langkah Arnan sejenak. Namun
beranjak kembali masuk barisan.
“Engga usah manja! Baris yang rapi woooy!”ucap
Ilmar salah satu dari dua Komdis
Laki-laki.
“Zam, kalo ada komdis yang berkerudung namanya
Lintang kasih tau gue ya.” Bisik Arnan pada Nizam yang berada dibelakangnya,
“Disini bukan tempatnya manja-manjaan… Yang
masih nete sama nyokap, yang masih disuapin, yang masih suka digendong, Yang
masih ngempeng, ngacuuuung!!!”ucap seorang cewe yang sepertinya berada
dibelakang.
“Yang jantungnya suka lupa detak, lebih baik
minggir… gue engga mau ada yang tiba-tiba pingsan disini, ribet n’ nyusahin
banget, tau ga lo…” Ucap seorang cowo
terasa begitu sangar.
“Kalian dah gede, bukan anak kecil lagi. Kalian
ini calon-calon penerus bangsa bukan
anak-anak manja lagi, bersikap dewasa jangan tergantung n’ nyusahin bokap
nyokap kalian, Jangan besikap seperti Bayi kalian, ini-itu disiapin nyokap, enggak
malu kalian sama umur kalian?Paham kalian?” ucap Luna lagi yang suaranya terasa
menakutkan, tapi tak ada sautan dari Peserta Ospek. “PAHAM KALIAN?” Ucap Luna
lebih keras dari sebelumnya.
“Paham kak….”dijawab serempak, namun pelan
mungkin hanya anak-anak cewe saja yang menjawab.
“Mana suaranya? Jawab dengan Lantang donk!” Ucap Ilmar.
“Paham Ka...” suara serempak terdengar keras.
Nizam, menendang kaki Arnan.
“Nan, cewe yang lo cari ada dibelakang gue.”
Entah secara spontan atau berniat
cari masalah, Arnan langsung unjuk jari.
“Napa lo angkat tangan lo?” ucap
senior yang ada dibelakang Arnan
Arnan menoleh ke belakang, sambil
berkata “Kan gue..” namun terhenti karna terkejut. Arnan langsung mencubit paha
Nizam dan berkata dengan pelan, “Bukan cewe ini yang gue cari.”
“Lo bilang...” ucap Nizam
terhenti.
“Heh, ini bukan waktunya buat
ngobrol. Lo belom jawab pertanyaan gue.” Ucap komdis itu yang bernama Lintang
dan bukan gadis yang dicari Arnan.
“Gue bener-bener masuk ke lubang buaya sekarang. Tapi nanggung, gue
trusin za.”
Kemudian seseorang berlari ke
arah lapang tepat di depan MABA. “Cewe
itu yang gue cari! Akhirnya ketemmu juga!”
“Gue masih disuapin! Kan kata lo
tadi yang masih disuapin harus ngacung. Dan sekarang gue ngaku.” jawab Arnan
tenang.
Semua MABA tertawa termasuk
sebagian senior yang ada didepan pun tertawa.
“Heh, lo jangan cari perhatian ya
n jangan main-main sama komdis. Beneran
lo masih disuapin?”
“Yaps, kadang. Kadang gue
disuapin sama cewe gue.”
Iringan tawa kambali merebak, dan
Lintang kesal dengan permainan Arnan.
“Lo ikut gue kedepan!” suruh
senior itu yang sebenarnya memiliki suara cempreng. Saat didepan cewe itu
berkata lagi dengan sentak yang lebih, “Sekarang lo lari keliling lapangan
ini!”
“Buat apa? Apa karna gue salah
masih disuapi pacar gue, och lo cemburu ya?” ucap Arnan dengan wajah sedikit
cengengesan.
“Karna lo,, e karna.. eee..” ucap
Lintang terbata sambil mencari alasan agar bisa menghukum Arnan. “Lihat pakaian
yang lo pakai, ini ga layaknya calon mahasiswa, harusnya lo daftar di UNPRI
Universitas Preman Indonesia.” Banyak anak yang menahan tawa termasuk senior
juga. “Rambut lo juga, liat anak cowo lainnya, dipotong rapi sedangkan ini
dibiarkan jabrig tak karuan seperti ini.”
“Kan ini stayle gue, gue Cuma
berpakaian yg buat gue comfert n gue Cuma coba jadi diri sendiri. Dan gue gak
mo dipotong pelontos seperti itu, lagian
gue masuk Jurusan SENI yang bebas berekspresi bukan untuk jadi ABRI.” Ucap
Arnan tenang.
Lintang semakin panas, sepanas
cuaca siang ini. “Lo, ini malah ngelawan ya! Cepat lari, ini perintah!” ucap
Lintang lagi ddengan sedikit mendorong tubuh Arnan.
“Lagi-lagi anak ini cari masalah, tadi pagi cari ribut sama gue tapi ga
separah ini!” bisik Luna pada sahabatnya yaitu cewe yang dicari Arnan. Cewe itu
hanya tersenyum.
Brugg, brukk.. suara seseorang terjatuh yang terdengar hampir tiga kali.
Ternyata banyak MABA cewe yang jatuh pingsan. Arnan langsung berlari dan
menolong salah seorang cewe yang pingsan yang memiliki jarak terdekat dengannya
bersamaan dengan gadis yang ia carinyapun melakukan hal yang sama. Dan mereka
mengarah pada korban pingsan yang sama.
“Cepat, tolong yang lain! UKS
disebelah mana??” ucap Arnan sedikit geram karena para senior kurang sigap
menghadapi kejadian ini.
“Hey, cepet kalian bopong 2 orang lainnya.” Ucap cewe yang Arnan
cari dan kini tepat dihadapannya. “Sekarang, kamu ikuti aku ya!” ucap cewe itu
lembut.
saat di UKS, “Hey, ini minum!” ucap senior yang dicari Arnan sembari menyodorkan sebuah botol minum.
saat di UKS, “Hey, ini minum!” ucap senior yang dicari Arnan sembari menyodorkan sebuah botol minum.
“Och, thanks.. gue haus banget
ni. Lagian kebangetan ini, tempat uks ko ada dilantei 3.” ucap Arnan kemudian
meneguk air putih dalam botol yang disodorkan gadis cantik yang dicari Arnan
selama ini.
“Och ya. Berhenti cari gara-gara. Kalo mo slamat!”nesehatnya.
“Och ya. Berhenti cari gara-gara. Kalo mo slamat!”nesehatnya.
“Wes,, Kejam banget
kata-katanya!” ucap Arnan sembil tertawa geli. “Aku Cuma ikut permainan yang
kalian buat, supaya lebih seru.” Lanjut Arnan tersenyum. “Aku Arnan. Kakak?”
Arnan memperkenalkan diri dan menanyakan nama gadis yang dicarinya.
“Namaku?” ucap gadis itu heran,
tak menyangka bahwa ada yang tak memperhatikan keberadaannya padahal gadis itu
merupakan Seksi acara yang sering terlihat setiap pembawaan acara ospek. “Cari
tau sendiri ya. Beri kejutan di hari terakhir.” Ucap cewe itu main
rahasia-rahasiaan dan sambil menutup name tag yang menggantung dilehernya, hingga membuat Arnan semakin tertantang.
“Ayo, kembali ke aula!” ajak gadis itu bangun dari duduk.
“Ogah, aku mau istirahat dulu.”
Ucap Arnan mengangkat tangan mencoba merelekskan diri. “Eh, kakak mo kemana?”
Tanya Arnan yang buat gadis itu menoleh padanya. “Kakak mo ke aula?” dijawab
dengan anggukan oleh cewe itu. “Okey,
kalo gitu bareng aja Kak!” ucap Arnan langsung berdiri.
Mereka jalan bersama menuju aula,
dengan seketika mereka terlihat begitu akrab. Dan sering kali bersenda gurau.
“Nanti
malem, aku sendiri yang akan langsung menginvestigasi ke kosan kamu. Dan saat
aku datang rambutmu harus udah rapi ya. Kalo ga, aku sendiri yang potong rambut
kamu. Oh ya, aku mohon jangan cari gara-gara lagi, pertama ospek kamu sudah
cari gara-gara apalagi hari ini parah banget. Kamu Cuma tinggal Ikuti aja
aturan mainnya kok.” Ucap gadis itu manis, dan sepertinya enggan melihat Arnan
membuat ulah lagi.